Perhelatan olahraga akbar se-Asia berikut menjadi semakin teristimewa dikarenakan dapat dilaksanakan di dua kota besar Indonesia, Jakarta dan Palembang, pada bulan Agustus mendatang. Sebagai tuan rumah, Indonesia tentu menghendaki mampu beroleh hasil paling baik dikarenakan mendapat dukungan langsung orang seantero negeri. Meski tuan rumah diuntungkan, namun rasanya senantiasa sulit deh mematahkan dominasi Cina di ajang layaknya ini. Mau Asian Games atau Olimpiade sekalipun, Cina hampir dipastikan senantiasa bertengger di posisi tertinggi peraih medali emas.
Kira-kira apa ya rahasianya? Pernah kepikiran nggak sih kenapa atlet-atlet Cina begitu superior di banyak cabang olahraga? Kalau cuma masalah besar populasi, Indonesia dan India termasuk punya populasi besar namun pencapaian olahraganya jauh di bawah Cina. Yang jelas, atlet-atlet di Cina dilatih sejak usia yang terlampau muda. Bahkan kabarnya, anak-anak usia 6 tahun pun tersedia yang udah dimasukkan pelatihan nasional. Wah gila banget ya! Buat yang penasaran, yuk memandang lebih di dalam proses pelatihan atlet di Cina bareng spaceman gacor Hipwee News & Feature! Siapa jelas mampu disontek~
- Sejak keberhasilan diplomasi ‘ping-pong’ tahun 1970an, prestasi olahraga digunakan untuk beroleh standing & kehormatan. Atlet berprestasi dianggap mampu menambah martabat bangsa
- Bukan cuma soal status, menjadi atlet termasuk dianggap sebagai ‘tiket keluar’ berasal dari kemiskinan. Banyak orangtua mendorong anaknya menjadi atlet di tengah ekonomi Cina yang masih terseok-seok beberapa dekade lalu
- Akhirnya menjamurlah beragam sekolah yang kurikulum utamanya adalah pelatihan olahraga. Tujuannya? Ya untuk mencetak atlet-atlet peraih medali emas olimpiade
- Sekolah spesifik layaknya ini apalagi tersedia di tingkat TK lho. Anak-anak seusia taman kanak-kanak udah dikategorikan berdasarkan talenta olahraganya
- Ada 5 kategori berasal dari mereka yang punya bakat dan layak diberi beasiswa olahraga : global sportsman, national sportsman, grade 1, grade 2, & grade 3
- Meski dinilai sukses mencetak generasi peraih medali emas, proses ini termasuk banyak dikritik dikarenakan kurangnya perhatian pada materi tak sekedar olahraga
- Bahkan mantan atlet wushu Cina yang pensiun di usia 25, Wang Linwen, mengaku cuma disuruh belajar pas weekend. Akibatnya, dia menjadi tidak pernah mengenyam pendidikan